The Fed Menaikan Suku Bunga, Bagaimana Nasib Suku Bunga Pinjaman Anda?
Federal Reserve atau biasa disebut The Fed sebagai bank sentral Amerika Serikat berada di jalur untuk menaikkan suku bunga acuannya untuk ke-10 kalinya pada minggu ini, langkah terbaru dalam upaya selama setahun untuk mengekang inflasi dengan laju kenaikan tercepat dalam empat dekade. Dampak dari kebijakan The Fed ini dapat membuat perekonomian Indonesia menurun dengan peningkatan suku bunga. Loan Market Indonesia sebagai financial aggregator menawarkan solusi untuk masyarakat dengan memberikan pilihan pinjaman terbaik dari 37 partner institusi finansialnya.
Peningkatan suku bunga dari The Fed juga dikonfirmasi dari prediksi Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo. Menurut Banjaran, The Fed masih menaikan satu kali lagi suku bunga acuannya sebesar 25 bps, ditambah lagi, market sudah memprediksi bahwa kenaikan 25 bps lagi sudah mencapai terminal rate atau dengan kata lain sudah dalam batas maksimal.
Kenaikkan suku bunga dari The Fed ini dapat membuat disrupsi di Indonesia sebagai negara berkembang di kawasan Asia. Kenaikan suku bunga berdampak dalam menyusutkan likuiditas global, yang dapat memperlambat perekonomian di negara-negara berkembang lain dalam beberapa cara.
“Kalau dampak secara langsung dari naiknya suku bunga The Fed ya, Indonesia biasanya naikin suku bunga BI, nah suku bunga BI biasanya akan berdampak pada suku bunga pinjaman. Ini tentu nantinya akan berdampak ke masyarakat, sehingga suku bunga banking, suku bunga pinjaman akan semakin mahal, dan itu akan memperlambat sektor usaha untuk ekspansi karena pinjaman semakin mahal,” ungkap Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad.
Jika dilihat dari segi bisnis, kredit yang lebih ketat menghasilkan biaya pinjaman yang lebih tinggi, mengurangi profitabilitas, dan insentif investasi. Meningkatkan suku bunga juga tentunya berdampak pada suku bunga pinjaman, rumah tangga juga cenderung tidak membelanjakannya, terutama untuk barang tahan lama dan pembiayaan rumah. Sehingga, dengan suku bunga yang meningkat ini dapat berdampak ke banyak hal, untuk bisnis maupun rumah tangga.
Pengumuman kebijakan moneter dari The Fed juga akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Padahal, performa rupiah beberapa bulan belakangan ini sudah sangat baik, dilansir dari BPS, Indeks Harga Konsumen bulan April 2023 mengalami inflasi sebesar 0,33% secara bulan ke bulan (month to month/mtm), dan secara tahunan sebesar 4,33% (year on year/yoy). Rilis tersebut lebih rendah dari 12 institusi yang memperkirakan inflasi April 2023 akan menembus 0,47% (mtm), dan 4,51% (yoy).
Namun memang, jika rupiah tidak turun terlalu drastis sebagai dampak dari kebijakan The Fed ini, maka terdapat peluang Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunganya. Waspada dengan peningkatan suku bunga ini, Loan Market Indonesia memberikan solusi bagi nasabah. Menawarkan suku bunga pinjaman yang paling kompetitif, Loan Market Indonesia sudah menjajaki partnership dengan 37 lenders partners, dimulai dari perbankan, fintech, koperasi, dll.
Layanan yang memprioritaskan kebutuhan dan kenyamanan nasabah ini sudah tercatat di OJK sejak 2019. Saat ini, Loan Market sudah memiliki lebih dari 200 Loan Advisers, dan 25 kantor cabang tersebar di Jakarta, Bandung, Jogja, dan Surabaya. Loan Advisers dari Loan Market akan membantu Anda mengurus serba serbi pinjaman untuk menghemat waktu dan tenaga Anda. Dengan konsultasi awal yang gratis, mulailah diskusikan kebutuhan pinjaman Anda dengan Loan Market!
Sources: AP, Infobank, CNBC, FinancialTimes