Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Membeli Rumah: Pemerintah atau Masyarakat itu Sendiri?

30 May 2024 By Marcomm Loan Market
Penyebab Gen Z dan Milenial Sulit Membeli Rumah: Pemerintah atau Masyarakat itu Sendiri?

Meningkatnya rasa kesulitan masyarakat Indonesia, terutama untuk para Gen Z dan Milenial, untuk membeli rumah atau lahan kosong di masa kini tidak dapat dipungkiri. Minat tinggi masyarakat untuk membeli rumah atau lahan kosong seringkali dihadang oleh kesulitan finansial yang diakibatkan oleh berbagai macam faktor. Artikel ini akan membahas secara dalam, faktor-faktor yang menjadi penyebab tantangan finansial yang kerap dihadapi oleh para Gen Z dan Milenial. Garis besar yang akan diliputi di dalam artikel ini yaitu:

  • Faktor Penyebab dari Pemerintah
  • Faktor Penyebab dari Masyarakat
  • Solusi Untuk Mengurangi Kesulitan Gen Z dan Milenial Dalam Membeli Rumah
  • Kesimpulan

Loan Market, sebagai agregator pertama di Indonesia hadir dalam menyediakan jasa loan advisor untuk mempermudah proses pengajuan KPR masyarakat Indonesia. Loan Advisor hadir sebagai konsultan profesional di bidang keuangan untuk membantu membimbing masyarakat mempermudah proses pengajuan KPR ataupun keuangan lainnya.  Loan Market dapat membantu masyarakat memudahkan proses pembelian rumah yang saat ini seringkali susah dilakukan oleh para Gen Z dan Milenial. Yuk, kita simak lebih lanjut mengapa adanya kesulitan bagi Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah!

Tahun 2024 merupakan waktu di mana mayoritas dari para Gen Z dan Milenial sedang menjalani usia produktifnya. Dalam masa-masa aktif dan produktif, para Gen Z dan Milenial  ini tentunya akan mencapai banyak milestones yang penting dalam hidupnya. Seperti memasuki kuliah, mendapatkan pekerjaan pertama, bertemu pasangan, serta membeli tempat tinggal pertama mereka dan banyak hal lainnya lagi. Namun, kenaikan biaya hidup di masa kini merupakan tantangan besar bagi Gen Z dan Milenial. Salah satu hal yang menjadi tantangan terbesar bagi mayoritas Gen Z dan Milenial yaitu mendapatkan kesempatan untuk membeli rumah mereka sendiri. Lantas, apa yang menyebabkan hal tersebut terjadi?

Setiap tahunnya, harga rumah dan properti terus mengalami kenaikan harga. Dari data paling terbaru yang diambil dari riset 99 Group pada September 2023, persentase harga rumah dan properti memiliki kenaikan sebesar 2,5 persen dari tahun sebelumnya. Tingkat kenaikan harga rumah paling tertinggi di Indonesia dilaporkan untuk terjadi di kota Medan, Denpasar, dan Bekasi. Harga pasar rumah diprediksi akan terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Tentunya, kenaikan harga rumah ini akan berdampak besar bagi para Gen Z dan Milenial yang hendak membeli rumah atau propertinya sendiri. Banyak dari mereka yang bahkan mengalami kesulitan dalam membayar deposito awal untuk pembelian rumah. Jika tidak mencari tahu dari sekarang sebab akibat, serta solusi terbaik yang bisa dilakukan perihal kenaikan harga rumah dari tahun ke tahun, maka kemungkinannya adalah kamu dapat menjadi salah satu dari sekian banyak Gen Z atau Milenial yang mengalami kesulitan untuk mempunyai rumah sendiri.

Kenaikan harga rumah yang terjadi tiap tahun di Indonesia, tidak hanya terjadi semata-mata tanpa sebab dan bukan faktor tersendiri dalam membuat Gen Z dan Milenial sulit membeli rumah. Banyak faktor lainnya yang berperan dalam menyebabkan sebagian besar Gen Z dan Milenial sulit membeli rumah di masa kini. Dalam menjelaskan sebabnya, dua faktor utama dapat menjadi sumber dari terjadinya tantangan ini, yaitu pemerintah dan masyarakat itu sendiri.

Faktor Penyebab dari Pemerintah

Keadaan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat di setiap negara pastinya tidak terlepas dari kinerja pemerintah dan kebijakan yang mereka terapkan di negara tersebut. Dengan begitu, pemerintah memiliki peran besar dalam menentukan bagaimana masyarakat di negara tersebut menjalani hidupnya. Maka dalam konteks tantangan Gen Z dan Milenial membeli rumah, khususnya bagaimana pemerintah bisa mempunyai pengaruh? Secara singkat, kebijakan pemerintah dapat mengurangi atau menaikkan minat masyarakat untuk membeli rumah, yang kemudian mempengaruhi harga rumah yang dijual. Khususnya, kebijakan ekonomi. Kebijakan ekonomi pemerintah yang bisa berdampak dalam sulit atau mudahnya Gen Z dan Milenial membeli rumah dapat dilihat sebagai berikut:

  • Kebijakan Moneter

Dengan perekonomian yang terus menerus mengalami perubahan, pemerintah menerapkan kebijakan moneter dalam rangka menghadapi tantangan tersebut dan menjaga ekonomi Indonesia untuk tetap stabil. Kebijakan moneter membantu memastikan bahwa kestabilan harga barang dan jasa, serta nilai uang rupiah terjamin dan tidak terjadi inflasi. Dalam penerapannya, pemerintah dapat menaikkan atau menurunkan suku bunga di negara tersebut. Artinya, pemerintah dapat menaikkan suku bunga yang dapat memiliki dampak terhadap permintaan agregat negara yang kemudian mempunyai efek untuk menekan angka inflasi. Namun, sebaliknya pemerintah dapat menerapkan penurunan suku bunga yang akan meningkatkan permintaan kredit baik perusahaan maupun rumah tangga. Dengan kata lain, suku bunga rendah akan membantu proses peminjaman kredit menjadi lebih mudah. Hal ini dapat berdampak dalam meningkatkan permintaan akan pembelian rumah. Jika permintaan akan rumah meningkat dan tinggi, maka harga rumah atau properti pun akan ikut serta meningkat.

Tak hanya itu, kebijakan moneter pun dapat berpengaruh dalam pencetakan uang yang beredar di masyarakat. Jika, uang yang dicetak terlalu banyak, maka dapat mengurangi nilai uang tersebut (inflasi) dan menyebabkan harga barang untuk meningkat, termasuk harga rumah dan properti.

  • Kebijakan Fiskal

Tingkat kestabilan ekonomi suatu negara pun dapat dijaga melalui kebijakan dan peraturan yang berkaitan dengan perpajakkan, yang disebut dengan kebijakan fiskal. Pajak yang diatur melalui kebijakan fiskal ada berbagai macamnya, salah satunya merupakan Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan mengatur aturan mengenai biaya yang harus dibayar kepada suatu individu atau perusahaan agar dapat memanfaatkan dan mendapatkan hak untuk menguasai suatu tanah atau lokasi secara legal. Macam-macam jenis properti masuk di dalam list yang harus dibayar pajaknya melalui pajak bumi dan bangunan ini. Salah satunya adalah bangunan rumah tinggal dan lahan tanah kosong. Jika pemerintah memutuskan untuk menaikkan pajak bumi dan bangunan kepada para pemilik rumah, maka minat masyarakat untuk membeli rumah atau lahan kosong pun akan menurun. Hal ini akan mengakibatkan harga rumah untuk menurun. Namun, jika sebaliknya terjadi. Dimana keadaan pajak bumi dan bangunan diturunkan, maka tingkat minat masyarakat untuk membeli rumah atau lahan kosong pun akan meningkat karena biaya pajak yang rendah. Biarpun biaya pajak menurun, biaya rumah itu sendiri akan meningkat karena minat masyarakat yang juga meningkat.

  • Regulasi Pembangunan

Tingkat cepat pembangunan yang dilakukan mempunyai peran yang besar juga dalam peningkatan harga rumah dan properti lainnya. Pemerintah mempunyai wewenang baik dalam memberi maupun membatasi izin atas pembangunan rumah dan properti, serta penggunaan tanah kosong di Indonesia. Setiap tahunnya, jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Terutama di Pulau Jawa, di mana jumlah penduduk paling besar daripada jumlah penduduk di pulau lainnya. Peningkatan jumlah penduduk dapat menjadi keuntungan untuk sumber daya manusia di Indonesia. Namun, peningkatan jumlah penduduk yang tidak disertai dengan peningkatan pembangunan yang setara akan menyebabkan harga lahan kosong, properti, dan rumah untuk terus menerus naik. Jumlah penduduk dan minat membeli properti yang sama-sama tinggi mengakibatkan harga-harga properti juga tinggi.

Fenomena ini terjadi di banyak daerah Indonesia, tetapi khususnya di daerah Jakarta dan sekitarnya. Jakarta merupakan pusat perekonomian negara, tempat di mana banyak masyarakat mencari peluang untuk bekerja dan mengembangkan hidupnya. Masyarakat yang dimaksud tidak hanya dari daerah Jakarta dan sekitarnya, tetapi banyak pendatang dari luar Jakarta yang merantau untuk mencari lapangan kerja yang lebih luas dan banyak. Banyaknya penduduk yang merantau ke Jakarta mengakibatkan kota tersebut menjadi semakin padat akan penduduk. Penduduk yang padat menjadikan Jakarta dan sekitarnya untuk semakin menjadi minim akan lahan kosong untuk pembangunan rumah ataupun bangunan lainnya. Oleh karena pertumbuhan penduduk yang melebihi kapasitas lahan kosong, harga untuk membeli properti rumah dan lahan kosong yang ada menjadi sangat mahal.

Dengan demikian, pemerintah memiliki beberapa kebijakan dan regulasi yang berperan secara signifikan dalam mempengaruhi minat dan kemampuan masyarakat untuk membeli rumah, yang kemudian juga mempengaruhi harga rumah di pasar. Kebijakan ekonomi yang juga berubah sewaktu-waktu untuk menyesuaikan dengan keadaan ekonomi negara mengakibatkan perubahan harga pasar berbagai macam industri, termasuk industri properti.

Faktor Penyebab dari Masyarakat

Meskipun pemerintah memiliki peran besar dalam menetapkan kebijakan dan regulasi yang menentukan keadaan ekonomi dan gaya masyarakat menjalani kegiatannya sehari-hari. Peran dan perilaku masyarakat pun tidak terlepas dari memberi dampak kepada keadaan negara dan kehidupan mereka masing-masing. Untuk mengetahui, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan masyarakat untuk membeli rumah, simak beberapa poin di bawah ini!

  • Gaya hidup

Cara para Gen Z dan Milenial menjalani kegiatannya di kehidupan sehari-harinya, tentu memiliki peran besar dalam keadaan ekonomi mereka. Di kehidupan zaman sekarang, hampir semua hal dan aktivitas yang dilakukan setiap hari membutuhkan pengeluaran uang untuk dapat dilakukan. Ketika orang bepergian keluar untuk bermain maupun bekerja, dibutuhkan uang transportasi atau bensin. Ketika seseorang memasuki institut akademis, dibutuhkan uang pendidikan. Dari lahir hingga mati, seseorang tidak akan lepas dari yang namanya kegiatan ekonomi.

Kegiatan ekonomi ini seharusnya dijalankan sesuai dengan keadaan uang masing-masing. Namun, tidak jarang orang-orang zaman sekarang, para Milenial dan terutama Gen Z, yang memiliki gaya hidup tidak sesuai dengan kemampuan mereka. Khususnya di kota-kota besar, tidak jarang para Milenial dan Gen Z yang hidup dengan biaya hidup mahal dan extravagant yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi mereka. Biaya hidup sehari-hari yang tinggi akan mengakibatkan seseorang untuk menghadapi kesulitan finansial, jika tidak disertai dengan pemasukan yang setara atau lebih.

  • Rumah dan Tanah Kosong yang Dikuasai oleh Generasi Sebelumnya

Nyatanya, cukup banyak rumah dan lahan kosong yang dimiliki oleh generasi Baby Boomers tetapi tidak dipakai. Ketika harga rumah masih relatif rendah dan sebagian masyarakat masih bisa membelinya tanpa banyak masalah, pembelian rumah dan lahan sering kali dilakukan oleh Baby Boomers sebagai sarana investasi. Maka dari itu, banyak rumah dan lahan kosong yang malah dipergunakan agar para Baby Boomers dapat menjualnya dengan harga yang semakin tinggi per tahunnya. Kondisi tersebut menguntungkan pemilik-pemilik tersebut, tetapi tentunya membawa rasa kesulitan besar bagi para Gen Z dan Milenial. Dijualnya rumah-rumah dengan harga yang tinggi dan terus menaik akan membuat Gen Z dan Milenial sulit keep up dengan harga yang ada. Hal ini disebabkan karena tingkat kenaikan gaji, jauh kurang dari tingkat kenaikan harga rumah tiap tahunnya. 

  • Syarat KPR Tidak Terpenuhi

Sekarang, banyak bank yang menyediakan pinjaman kredit bank untuk membeli rumah yang disebut dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Gunanya KPR yaitu membantu meringankan beban pembiayaan di awal untuk orang-orang yang berkeinginan untuk membeli rumah. Meskipun terdengarnya seperti jasa yang bermanfaat, KPR mempunyai sistem di mana calon pembeli rumah harus melakukan pengajuan kepada bank dan harus disetujui oleh bank agar dapat menggunakan KPR. Agar dapat disetujui, calon pembeli rumah harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh bank. Contohnya, salah satu ketentuan KPR adalah adanya penghasilan tetap. Banyak dari Gen Z dan Milenial yang belum mempunyai pekerjaan tetap, masih banyak pindah tempat kerja, atau banyak yang merintis karir menjadi freelancer. Maka dari itu, salah satu opsi bantuan yang ada untuk membantu Gen Z dan Milenial membeli rumah pun cukup sulit untuk didapatkan.

Maka dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa kesulitan Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah dipengaruhi oleh macam-macam faktor. Tidak hanya oleh pemerintah, tetapi perilaku dan karakteristik dari masyarakat tersebut pun mempunyai peran besar dalam membuat mimpi para Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah sulit digapai.


Solusi Untuk Mengurangi Kesulitan Gen Z dan Milenial Dalam Membeli Rumah

Dari penjelasan sebelumnya, telah dijelaskan bahwa kesulitan Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Namun, tidak semua harapan hilang bagi Gen Z dan Milenial karena artikel ini pun akan membahas beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi atau meringankan beban mereka dari masalah ini. Oleh karena itu, simak beberapa poin berikut:

  • Ketahui Sistem Pembelian Rumah

Langkah pertama dan paling utama untuk meringankan kesulitan dalam pembelian rumah yaitu dengan mengenali sistem pembelian rumah itu sendiri terlebih dahulu. Langkah-langkah pembelian rumah atau properti bukanlah suatu pengetahuan umum yang dimiliki oleh sebagian besar Gen Z dan Milenial. Pembelajaran mengenai hal tersebut pun bukanlah sesuatu yang diajarkan di sekolah atau universitas. Maka dari itu, para Gen Z dan Milenial perlu rajin dan inisiatif untuk mempelajari hal tersebut sendiri. Beberapa hal yang dapat dikenali terlebih dahulu oleh para calon pembeli rumah dapat berupa riset pasar yang akan membantu dalam mengetahui rata-rata harga rumah pada saat itu, mengetahui apa itu down payment, dan kemudian juga mengetahui pajak-pajak yang berkaitan dengan properti seperti pajak bumi dan bangunan. Tak hanya itu, penting juga bagi para Gen Z dan Milenial untuk mencari tahu tentang agen properti dan jasa lainnya yang dapat memudahkan proses mereka membeli rumah.

  • Menabung dengan Cara yang Tepat Dan Konsisten

Poin ini mungkin tampak seperti hal yang jelas untuk dilakukan, tetapi tidak jarang orang yang tidak mengetahui cara menabung dengan benar dan konsisten. Penabungan uang untuk membeli rumah bukanlah hal yang mudah dilakukan karena jumlah uang yang diperlukan bisa mencapai berjuta-jutaan. Ditambah dengan fakta bahwa beberapa Gen Z dan Milenial masih berpenghasilan gaji setara dengan umr. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menabung dengan cara yang tepat dan target yang sesuai.

Proses menabung dapat dimulai dengan menetapkan target rumah yang ingin dibeli. Penting untuk memilih rumah secara realistis. Calon pembeli rumah disarankan membeli rumah yang sesuai dengan gaji mereka dan dengan waktu yang mereka targetkan untuk membeli rumah tersebut. Tentu gaji yang didapatkan tidak semuanya digunakan untuk menabung, melainkan juga untuk kebutuhan sehari-hari dan dana lainnya. Oleh karena itu, pemilihan rumah yang hendak dibeli harus disesuaikan dengan budget yang bisa disisihkan untuk tabungan rumah tersebut, tanpa mengganggu budget untuk kebutuhan sehari-hari dan dana lainnya yang diperlukan.

Seperti yang dijelaskan di sub poin sebelumnya, salah satu karakteristik atau stereotip Gen Z dan Milenial saat ini merupakan beberapa dari mereka mempunyai gaya hidup yang extravagant atau boros. Gaya hidup ini mempunyai dampak besar dalam proses menabung uang. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu dengan lebih sadar akan pemilihan lifestyle dan menyesuaikannya dengan gaji yang ada. Metode untuk membagi gaji agar dapat digunakan dengan lebih bijak adalah dengan menggunakan metode 50/30/20. Artinya, para Gen Z dan Milenial dapat memulai menggunakan 50% dari gaji mereka untuk Kebutuhan sehari-hari, 30% untuk tabungan rumah atau investasi, dan 20% untuk self-reward atau dana lainnya. Dengan menerapkan metode ini dengan niat dan konsisten, para Gen Z dan Milenial akan mempunyai tabungan yang konsisten untuk mengurangi kesulitan mereka dalam membeli rumah.

  • Gunakan Jasa yang Dapat Mempermudah Proses

Di poin pertama, dijelaskan bahwa salah satu hal yang penting diketahui dalam membeli rumah adalah mengetahui jasa-jasa di bidang rumah dan properti. Penggunaan jasa bantuan dalam membeli rumah dapat mempermudah proses dan meringankan rasa sulit Gen Z dan Milenial dalam membeli rumah. Jasa yang dapat digunakan dapat berupa agen properti atau real estate dan agen KPR.

Agen real estate merupakan perantara yang menghubungkan calon pembeli rumah dengan penjual rumah dari proses penawaran hingga pembelian. Agen real estate juga dapat membantu para Gen Z dan Milenial mencari rumah impian mereka sesuai dengan ketentuan dan budget yang ada. Selain itu, penggunaan jasa agen real estate juga dapat mempermudah calon pembeli rumah dalam mengurus hal administrasi, serta membantu mediasi dan negosiasi dengan penjual harga. Maka dari itu, menggunakan agen real estate dapat sangat mempermudah proses pencarian hingga pembelian rumah.

Pencarian agen real estate yang terpercaya dan diakui di Indonesia dapat dilakukan melalui Ray White Indonesia. Ray White Indonesia merupakan brand agen properti terbaik di Indonesia yang dapat membantu pencarian rumah atau properti lainnya dengan mudah.

Selain agen real estate, agen KPR pun dapat membantu mempermudah proses pembelian rumah para Gen Z dan Milenial. Seperti yang disebut di sub poin sebelumnya, salah satu alasan mengapa Gen Z dan Milenial mengalami kesulitan dalam membeli rumah yaitu karena banyak yang tidak memenuhi syarat KPR. Oleh karena itu, agen KPR hadir untuk membantu menjadi perantara antara calon pembeli rumah dengan bank. Agen KPR akan membantu para calon pembeli untuk mendapatkan persetujuan KPR dari bank. Untuk menemukan agen KPR yang terpercaya dan tepat, calon pembeli rumah dapat mencari melalui Loan Market. Loan Market merupakan perusahaan aggregator pertama di Indonesia hadir untuk membantu mempermudah pengajuan KPR.

Kesimpulan

Saat ini merupakan waktu di mana mayoritas dari Gen Z dan Milenial mulai memiliki minat atau setidaknya memikirkan untuk membeli rumah. Namun, penjualan rumah yang memiliki harga tinggi dan mengalami kenaikan tiap tahunnya, mengakibatkan banyak dari Gen Z dan Milenial untuk mengalami kesulitan dalam membeli rumah mereka sendiri. Kesulitan mereka untuk membeli rumah ternyata tidak hanya disebabkan oleh pemerintah, tetapi masyarakat itu sendiri juga mempunyai peran. Akan tetapi kesulitan yang dialami, bukan berarti mustahil bagi Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah. Ada beberapa cara yang bisa diterapkan untuk mengurangi rasa sulit membeli rumah seperti mempelajari sistem pembelian rumah, menabung dengan metode yang tepat, dan menggunakan jasa-jasa yang dapat membantu, seperti agen real estate dan agen KPR. Dengan demikian, kesulitan Gen Z dan Milenial untuk membeli rumah bukan berarti tidak ada cara untuk mengatasinya. 

 

Written by: Selma Andjani Mahanum

Intern Marcomm Loan Market & Ray White PPC

Editor:  Mega Madani (Digital Marketing Specialist Loan Market)